banner 728x250

Merdeka Bukan Sekadar Bebas dari Penjajahan, Tapi Bebas dari Kemiskinan, Korupsi, dan Ketidakadilan. Apakah Kita Benar-benar Sudah Merasakan Saat ini 

Avatar photo
banner 120x600
banner 468x60

Foto tangkapan layar: kompasiana.com/ Minggu 17 Agustus 2025

 

banner 325x300

WARTAMANIA — Kemerdekaan bangsa Indonesia telah mencapai 80 tahun tepatnya di hari ini tanggal 17 Agustus tahun 2025. Namun, kemerdekaan itu tidak hanya berhenti di jajah oleh bangsa lain. Akan tetapi, merdeka dari segala hal dan segala macam kemiskinan serta penindasan yang berbentuk kebijakan dan aturan yang diterapkan oleh pemerintah tanpa hati nurani.

Seperti salah satu contoh yang viral dan menjadi  trending topic di pekan ini adanya kebijakan Bupati Pati yang mengeluarkan kebijakan dengan menerapkan Pajak Bumi Bangunan (PBB) sebesar 250%. Hal ini tentunya membuat gram masyarakat Pati khususnya yang mewakili seluruh masyarakat di Indonesia.

Zaman saat ini masyarakat Indonesia sangat kesulitan ekonomi. Bahkan, lapangan pekerjaan serta masih banyak keluhan masyarakat bawah yang tidak kita ketahui. Apakah mereka makan atau tidak.

Sebagai manusia yang berakal dan beriman, tentu kita punya hati nurani yang peduli dengan masyarakat. Akankah Indonesia akan mendapatkan pemimpin yang berjiwa demikian.?

Seperti dikutip dari Mediamassa.co.id pada minggu 17 Agustus 2025, setiap 17 Agustus, bendera Merah Putih berkibar megah di langit Indonesia. Lagu kebangsaan dinyanyikan dengan penuh semangat. Tapi di balik perayaan itu, masih banyak rakyat yang menahan tangis dalam diam. Mereka bertanya dalam hati: “Benarkah kita sudah merdeka?”

Karena jika benar kita merdeka, mengapa jutaan anak bangsa masih hidup dalam kemiskinan? Mengapa hukum masih tajam ke bawah dan tumpul ke atas? Mengapa para pejabat justru berpesta pora di atas penderitaan rakyat?

Kemerdekaan Belum Menyentuh Semua

Merdeka bukan hanya ketika penjajah pergi, tapi ketika rakyat bisa hidup layak di tanah kelahirannya sendiri. Hari ini, banyak dari kita yang justru “terjajah” oleh sistem oleh keserakahan, korupsi, dan kepalsuan janji politik.

Di desa-desa terpencil, anak-anak berjalan berkilo-kilometer demi bisa sekolah. Di kota besar, buruh bekerja siang malam tapi tetap tak cukup untuk sekadar makan dan bayar kontrakan. Sementara itu, sebagian elit politik justru sibuk memperkaya diri sendiri, lupa pada rakyat yang mengangkat mereka ke kursi kekuasaan.

Korupsi Merampas Harapan

Korupsi bukan hanya mencuri uang negara, tapi juga mencuri masa depan. Ketika dana pendidikan dikorupsi, anak-anak kehilangan masa depan. Ketika dana bansos disunat, ibu-ibu kehilangan harapan. Ketika proyek infrastruktur fiktif dibuat, rakyat kehilangan kepercayaan.

Sudah terlalu lama bangsa ini diam. Sudah terlalu banyak luka yang disembunyikan di balik dinding rumah rakyat kecil.

Saatnya Bangkit, Rebut Kembali Makna Merdeka!

Kemerdekaan sejati tidak akan datang dari pidato panjang, tapi dari keberanian rakyat untuk bersuara. Dari kejujuran para pemimpin yang sungguh-sungguh melayani, bukan menjual negeri.

Kita butuh generasi baru yang tidak hanya cerdas, tapi juga berani. Yang tidak hanya memprotes, tapi juga bertindak. Yang tak hanya mengeluh di media sosial, tapi mau turun tangan untuk membangun perubahan.

Merdeka Itu Hak Semua, Bukan Segelintir

Mari kita rebut kembali makna kemerdekaan. Bukan untuk segelintir penguasa, tapi untuk seluruh rakyat Indonesia.

Bukan hanya untuk upacara tahunan, tapi untuk kehidupan yang benar-benar adil dan sejahtera setiap harinya.

Karena Indonesia ini milik kita semua. Jika bukan kita yang menjaga dan memperjuangkannya, siapa lagi? (Mediamassa.co.id/wartamania)

 

Sumber berita : Mediamassa.co.id

 

Artikel ini telah lebih dulu tayang di Mediamassa.co.id.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *